SEBUAH IMPIAN
Saya
terlahir dari keluarga sederhana, putra bungsu
dari 7 bersaudara, 4 laki-laki dan 3 perempuan, bapak meninggal ketika
saya kelas III SMP, dan Ibu Alhamdulillah masih sehat sampai sekarang, dari
kecil di keluarga saya mengajarkan tentang kesederhanaan, dan bagaimana
perjuangan hidup.
Sejak
lulus SMP saya sudah mulai meninggalkan rumah, tahun 1999 pertama kali saya
menginjakkan kaki di kota metropolitan yaitu JAKARTA, kerja di sebuah proyek ajakan dari kakak
pertama saya, kebetulan waktu itu kakak saya di percaya sebagai mandor di
sebuah proyek. Dari situlah saya mendapatkan pengalaman yang berharga,
bagaimana bertahan hidup, memeras keringat dan kadang para pekerja yang ada di
proyek tersebut tak kenal waktu, lembur dari pagi sampai malam bahkan ada juga
yang sampai pagi, begitu semangatnya mereka demi untuk mengais rizqi untuk
keluarga. Sampai–sampai kwajiban mereka pun terlalaikan yakni menjalankan
Sholat.
Seusai
kerja sekitar jam 16.00 (jam 4 sore) sering kali aku menyendiri, dengan membawa
sebuah buku dan pena di sudut bedeng(tempat para pekerja proyek beristirahat)
aku mulai menulis tentang apa yang aku alami hari itu, bahkan tulisan itu masih
sampai sekarang, tapi wujudnya sudah tak seperti dulu. Dan itu berulang-ulang
setiap hari.
Saya
hanya sebagai kuli bahawan, yang melayani tukang bekerja, apa yang di
perintahkan tukang itulah yang aku kerjakan. 2 minggu saya sudah terbiasa
dengan kerjaan tersebut, lama kelamaan muncul rasa keingintahuan dan ingin bisa
seperti tukang yang bisa membuat gedung setinggi itu. Dari cara memegang
samapai gerak geriknya tukang yang saya ikuti selalu saya perhatikan (panggil
saja Pak Min).
Pada
suatu ketika Pak Min sakit perut, dan beliau tidak masuk kerja, dan saya
bingung apa yang harus saya kerjakan...!!! akhirnya saya mencoba bahwa saya pun
bisa, Alhamdulillah hasil yang saya kerjakan juga lumayan meski tak sebagus
tukang saya (Pak Min). Dua bulan berlalu dari bidang apapun saya sudah
menguasai meskipun hanya sedikit-sedikit.
1999
akhir saya mencoba hal yang berbeda, saya bersilaturakhim ke tmpat saudara di
PEKALONGAN yang di sebut KOTA BATIK juga KOTA SANTRI. Di daerah saudara saya
kebetulan home industri yang mengolah batik, Alhamdulillah ada tawaran kerja
disana, dan akupun tampa berpikir panjang kesempatan itu aku ambil. Dari proses
pembuatan batik sampai finishing pun saya sudah mengerti. Dipekalongan hasil
yang berupa upah atau gaji tak seberapa namun pengalaman itulah yang tak
ternilai dengan rupiah. Dan hoby pun terus berlanjut dengan pena tajam dan
sebuah buku saya rangkum semua cerita-cerita yang saya alami.
Enam
bulan saya di kota batik, setelah ada konflik dari salah seorang karyawan di
tempat kerja saya mengundurkan diri, saya mengalah bukan berarti kalah. Dan
saya kembali pulang ke kampung halaman. Alhamdulillah dengan membawa sedikit
pengalaman baru yang sangat bermanfaat.
Seiring
berlalunya waktu , dan aku pun menyadari bahwa hidup bukan hanya sekedar
menjalani apa yang ada di depan kita, namun mencoba hal-hal yang baru yang
penuh resiko dan tantangan. Dan itulah yang menjadikan hidup lebih hidup (Losta
Masta). Namun semua itu berawal dari mimpi dan cita-cita. Wujudkan satu mimpi
dan mimpi yang lain pun akan terwujud pula. Tulislah dari sekarang apa yang
menjadi impianmu. Letakkan tulisan itu di dalam kotak kosong, selagi kamu ingat
bukalah kotak dan bacalah, apakah impian itu sudah terwujud. Kalau belum,
berusahalah tuk menggapainya, karena semua itu akan menuntun kita agar hidup
kita lebih terarah dan mempunyai tujuan.
Biarkan
orang lain menertawakan kita, cuek aja anggap seperti angin lalu, karena bukan
mereka yang menulis kisah kita, namun diri kita sendirilah yang menentukan
kisah cerita kita sendiri. Tulislah impian itu dan gapailah.
0 comments:
Posting Komentar