Siapa
sich yang suka ulat? Apalagi berbulu, mendengar saja sudah merinding, apalagi
sampai menyentuhnya, ehm.. kayaknya semua orang banyak yang membencinya. Tak
seperti kupu-kupu yang selalu berterbangan di taman bunga dan menambah indahnya
pandangan mata. Hampir semua orang menyukainya dari cara kupu-kupu terbang
dengan lembutnya hinggap di putik bunga, sampai warna warninya yang menyejukkan
hati.
Namun
tak mudah untuk menjadi kupu-kupu, butuh proses panjang untuk menjadi seperti
itu, andai kita tahu kupu-kupu dulu hanyalah seekor ulat yang kita benci. Ulat
hayalah ulat namun ia punya keyakinan bahwa ia mampu untuk menjadi sosok yang
beda dengan aslinya, yakni menjadi kupu-kupu yang manis. Ulat terus berusaha
bertapa selama beberapa waktu menjadi kepompong dan akhirnya dengan kesabaran
dan keteguhanya ia pun menjadi kupu-kupu yang manis dan bisa terbang sesuka
hatinya.
Layaknya
ulat bulu itulah saya bocah kecil yang nakal, menggeliat di kerasnya kehidupan,
bernaung di bawah awan kala terhantam sengat matahari, mencari tempat yang
teduh kala hujan mengguyur bumi. Saya terus berusaha dan terus mencari
bagaimana menentukan arah lajunya kehidupan ini, aku bukanlah siapa-siapa dan
menjalani hidup apa adanya. Aku tidak menyesal dengan apa yang saya peroleh
saat ini, karena semua itu hanyalah proses. Saat ini saya menjadi kepompong
yang sebentar lagi akan menjadi kupu-kupu yang melebarkan sayapnya berterbangan
di sela-sela indahnya taman, dan selalu menghiasi sekitar dengan senyuman.
Teringat
pesan dari ibunda tercinta “Nak ibu tidak melarang kau melakukan apapun, yang
penting masih dalam batas kewajaran dan tidak pada sesuatu yang negatif” aku
pun menjawab “ya Bu, saya akan selalu mengingat kat-kata Ibu” jawab lagi Ibunda
“kalau kamu ingin berterbangan seperti kupu-kupu itu, jadilah kupu-kupu, jangan
hanya berdiam diri seperti ulat yang hanya bisa merangkak dan merugikan yang
lain” aku terdiam dan merenungi kata-kata beliau, sejenak aku berpikir dan
mengolah kalimat yang ibu katakan, dan
tak lama kemudian aku temukan jawaban tersebut.
Saya
pun mulai yakin, dengan kesabaran dan keteguhan dari apa yang kita impikan
pasti akan kita dapatkan, dengan perjuangan saya pun akan menjadi kupu-kupu
yang terbang bebas di angkasa.
Esok
harinya Ibu membuka obrolan, “Nak, masih ingat kah kamu waktu masih kecil, nakal
mu itu membuat ibu bingung, tak seperti kebayakan anak lain nya, disaat
anak-anak lain pengen mainan mobil, kamu pengen pesawat terbang” dengan
tersenyum aku menjawabnya, “he he masih ingat Bu, dulu kenapa aku memilih
pesawat, karena setahu saya pesawat itu tak ada hambatan, ia bisa melintasi
cakrawala dengan bebas, dan jalannya pasti enaka tidak seperti mobil yang bila
melaju di jalan kena macet, dan banyak polisi tidur, jadi tidak nyaman, begitu
Bu”, jawab ibu sambil buatkan aku
secangkir teh hangat “ Sebenarnya sama saja Nak,” saut aku “bukan itu saja bu,
kalau perang-perangan yang diatas selalu menang” oh begitu ya lugas jawab Ibu
dengan senyuman.
Cerita
masa kecil saat saya masih nakal, sangat berarti dan masih jelas terekam dalam
memory otak, yang akan mengantar ku terbang menjadi kupu-kupu yang manis di
sukai banyak orang. Bagaimana dengan anda? Apakah hanya berdiam diri seperti
ulat bulu atau ingin menjadi kupu-kupu? Terserah anda!
0 comments:
Posting Komentar